Tulisan kali ini adalah mengomentari apa yang tertulis di harian Bali Post Tgl 8 Januari 2008 dengan judul tulisan : “ Rendah , Kualitas Proyek di Pemkot Denpasar”.
Saya sebagai warga kota Denpasar dan kebetulan juga bekerja di proyek jadi tergelitik dengan judul dan ulasan tulisan di Bali Post tersebut , karena sengaja atau tidak sengaja , media dan pihak – pihak yang memberikan komentar atau diminta komentarnya oleh Bali Post terkesan memojokkan Rekanan / Kontraktor akibat kualitas proyek dimaksud.
Ambilah contoh Proyek Pavingisasi jalan Gajah Mada dan areal jalan Kamboja di Denpasar , ide pokok dari proyek ini adalah akan membebaskan kedua ruas jalan tersebut dari kendaraan sehingga akan dilalui oleh pejalan kaki saja atau mungkin termasuk sepeda . Tapi sampai dengan hari ini yang namanya solusi ( Central parkir atau fasilitas anggkutan umum yang layak ) akibat rencana akan ditutupnya ruas jalan itu dari kendaraan bermotor belum disediakan oleh Pemkot Denpasar ?? Aneh khan ?
Dibeberapa bagian ruas jalan menggunakan material koral sikat dan selebihnya menggunakan paving block ukuran 20 x 20 cm. Pada saat pengerjaan proyek pihak kontraktor melakukan sistem buka tutup , jadi jika ruas kiri yang dikerjakan maka ruas kanan untuk jalan kendaraan , demikian seterusnya .
O ya sebagai informasi proyek ini telah selesai atau diserahkan ke pihak Pemkot Desember 2007 , tapi sampai dengan hari kemaren saya masih melihat rekanan melakukan servis pada beberapa bagian di jalan Kamboja , entah yang di jalan Gajah Mada saya ngak sempat lewat di sana kemaren …. :-)
Terus masalahnya adalah , ketika kini bagian koral sikat itu rusak akibat dilindas kendaraan , semua menyorot bahwa kualitas proyek tersebut tidak baik alias Rendah.
Jika saya melihat itu bukan salah KONTRAKTOR , justru semua itu adalah salah perencana dan bahkan mungkin pengambil keputusan dalam hal ini Pihak Pemkot Kota Denpasar .
Kenapa ? ya karena bagai mana mereka bisa menilai bahwa koral sikat itu layak digunakan untuk jalan raya yang dilalui oleh berbagai macam kendaraan dengan berbagai macam kecepatan yang melindasnya , apakah sudah ada kajian ilmiah / laboratorium atas kekuatan koral sikat tersebut ?? ( mungkin telah ada ? jika ya tolong dibagi ya … ;-) )
Bagaimanapun bagusnya si kontraktor itu bekerja , yang namanya bikin koral sikat itu tetap saja di buat dengan tenaga manusia , batu koral yang dipakai ditepuk tepuk menggunakan kasut agar menempel di bagian adukan semen dan pasir ( rabatan ) .
Jadi setelah koral sikat itu rusak akibat dilindas kendaraan , terus semua memojokkan si Kontraktor !!
Kalau harus ada yang disalahkan , ya salahkan pemerintah yang telah membuang buang anggaran dong !
Lagi pula untuk materal paving memiliki sifat akan dapat ditumbuhi lumut , terutama di musim hujan seperti sekarang ini sehingga akan membahayakan pengguna kendaraan ( menjadi licin ).
Saya sendiri tidak ada motivasi membela sikontraktor , kenal dengan si kontraktor juga tidak , apa lagi ada kepentingan ekonomi lainnya , yang saya inginkan adalah agar kita semakin cerdas melihat permasalahan dan menempatkan pada porsinya .
Janganlah kita dibutakan oleh opini yang dibentuk oleh media dan kebanyakan orang yang memiliki kepentingan dibalik itu , jadilah diri sendiri dan gunakan hati nurani anda menilai segala hal yang anda lihat dan dengar.
Saya sebagai warga kota Denpasar dan kebetulan juga bekerja di proyek jadi tergelitik dengan judul dan ulasan tulisan di Bali Post tersebut , karena sengaja atau tidak sengaja , media dan pihak – pihak yang memberikan komentar atau diminta komentarnya oleh Bali Post terkesan memojokkan Rekanan / Kontraktor akibat kualitas proyek dimaksud.
Ambilah contoh Proyek Pavingisasi jalan Gajah Mada dan areal jalan Kamboja di Denpasar , ide pokok dari proyek ini adalah akan membebaskan kedua ruas jalan tersebut dari kendaraan sehingga akan dilalui oleh pejalan kaki saja atau mungkin termasuk sepeda . Tapi sampai dengan hari ini yang namanya solusi ( Central parkir atau fasilitas anggkutan umum yang layak ) akibat rencana akan ditutupnya ruas jalan itu dari kendaraan bermotor belum disediakan oleh Pemkot Denpasar ?? Aneh khan ?
Dibeberapa bagian ruas jalan menggunakan material koral sikat dan selebihnya menggunakan paving block ukuran 20 x 20 cm. Pada saat pengerjaan proyek pihak kontraktor melakukan sistem buka tutup , jadi jika ruas kiri yang dikerjakan maka ruas kanan untuk jalan kendaraan , demikian seterusnya .
O ya sebagai informasi proyek ini telah selesai atau diserahkan ke pihak Pemkot Desember 2007 , tapi sampai dengan hari kemaren saya masih melihat rekanan melakukan servis pada beberapa bagian di jalan Kamboja , entah yang di jalan Gajah Mada saya ngak sempat lewat di sana kemaren …. :-)
Terus masalahnya adalah , ketika kini bagian koral sikat itu rusak akibat dilindas kendaraan , semua menyorot bahwa kualitas proyek tersebut tidak baik alias Rendah.
Jika saya melihat itu bukan salah KONTRAKTOR , justru semua itu adalah salah perencana dan bahkan mungkin pengambil keputusan dalam hal ini Pihak Pemkot Kota Denpasar .
Kenapa ? ya karena bagai mana mereka bisa menilai bahwa koral sikat itu layak digunakan untuk jalan raya yang dilalui oleh berbagai macam kendaraan dengan berbagai macam kecepatan yang melindasnya , apakah sudah ada kajian ilmiah / laboratorium atas kekuatan koral sikat tersebut ?? ( mungkin telah ada ? jika ya tolong dibagi ya … ;-) )
Bagaimanapun bagusnya si kontraktor itu bekerja , yang namanya bikin koral sikat itu tetap saja di buat dengan tenaga manusia , batu koral yang dipakai ditepuk tepuk menggunakan kasut agar menempel di bagian adukan semen dan pasir ( rabatan ) .
Jadi setelah koral sikat itu rusak akibat dilindas kendaraan , terus semua memojokkan si Kontraktor !!
Kalau harus ada yang disalahkan , ya salahkan pemerintah yang telah membuang buang anggaran dong !
Lagi pula untuk materal paving memiliki sifat akan dapat ditumbuhi lumut , terutama di musim hujan seperti sekarang ini sehingga akan membahayakan pengguna kendaraan ( menjadi licin ).
Saya sendiri tidak ada motivasi membela sikontraktor , kenal dengan si kontraktor juga tidak , apa lagi ada kepentingan ekonomi lainnya , yang saya inginkan adalah agar kita semakin cerdas melihat permasalahan dan menempatkan pada porsinya .
Janganlah kita dibutakan oleh opini yang dibentuk oleh media dan kebanyakan orang yang memiliki kepentingan dibalik itu , jadilah diri sendiri dan gunakan hati nurani anda menilai segala hal yang anda lihat dan dengar.