Jumat, Desember 26, 2008

BALI DAN RABIES

Di wilayah seputar Badung atau Denpasar , belakangan ini muncul kasus rabies yang menghebohkan dan telah meminta korban 4 orang warganya.

Kenapa berita rabies ini menghebohkan , karena selama bertahun - tahun belakangan ini Pemerintah Propinsi Bali mengklaim sebagai wilayah bebas rabies.
Tetapi kebanggaan itu sirna sudah dengan munculnya kasus rabies yang telah meminta korban jiwa manusia.

Jika dari apa yang aku amati belakangan ini , penyebab rabies ini muncul di Bali karena 2 hal pokok , pertama pemerintah yang tidak tegas menegakkan peraturan dan yang kedua peran serta masyarakat yang tidak perduli untuk menjaga wilayahnya dari rabies.

Jika melihat ketegasan pemerintah , saya berani mengatakan sudah tidak ada lagi untuk mencegah penyebaran virus rabies ini berkembang di Bali.
Saya masih ingat ketika saya sekolah SMP dahulu , suasana "ketegangan" kalangan yang ingin atau bahkan telah memiliki anjing ras sangat terasa. Orang yang punya anjing ras atau binatang "aneh" di rumahnya , berusaha sedapat mungkin untuk tidak diketahui oleh siapapun jika ia memelihara hewan ras atau yang dilarang oleh pemerintah kala itu.

Bahkan terhadap anjing ras yang telah melengkapi diri dengan surat - surat resmipun tidak akan dengan mudah bisa berkeliaran atau mengakui jika kita memeliharanya.
Ini adalah pengalaman saya pribadi karena kala itu beberapa teman saya juga orang tuanya memiliki anjing ras karena kebetulan ayahnya dari kalangan kepolisian atau dari pejabat dinas tertentu dan ini terjadi sekitar tahun 1988 sampai saya SMA suasana ini masih terasa.

Tapi sekarang sepertinya pemerintah / dinas terkait ngak terlalu perduli lagi , tengok saja penjualan anjing - anjing ras di seputar pasar burung kota Denpasar , di pinggir jalan protokol para penjual itu berani memajang barang dagangannya ( banyak anjing ras nya disana ),sedangkan dinas yang harusnya mengontrol tidak berbuat apa - apa.
Padahal lokasi ini bersebelahan dengan rumah bekas walikota Denpasar yang kini menjabat jadi Wakil Gubernur Propinsi Bali. Heran ??
Belum lagi penjual anjing ras rumahan yang tersebar di wilayah kota Denpasar , terus terang salah seorang tetangga tempat saya tinggal adalah penjual anjing ras dan hampir 3 dari 10 orang tetangga saya memelihara anjing ras sebagai simbul status sosial maupun hobby barunya.

Interaksi antara anjing ras dan anjing lokal akan memberikan peluang kepada wabah rabies berkembang biak melalui anjing lokal juga . Jadi jika sekarang muncul wabah rabies di daerah Bali merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan akan terus berkembang membesar jika tidak ditangani dengan serius secara dini oleh masyarakat dan pemerintah.

Pemerintah yang "saru gremeng" ( cuek bebek ) diperparah oleh mental sebagian orang Bali yang bangga jika memelihara anjing ras di rumahnya , sebagai peningkat status sosial atau ingin ikut trend saat ini. Sore - sore maupun di hari libur banyak masyarakat dengan pedenya menuntun anjing kebanggaan masing - masing baik di lingkungan tempat tinggal maupun dengan sengaja di bawa jalan - jalan ke kawasan publik seperti lapangan renon maupun terkadang di puputan.

Anjing dan orang Bali memang merupakan 2 hal yang tidak terpisahkan , sejak dahulu kala orang Bali sudah terbiasa memelihara anjing di pekarangan rumah mereka , baik sebagai sahabat keluarga maupun sebagai penjaga rumah dikala malam maupun saat rumah ditinggal pergi beraktifitas.
Di Bali sendiri memiliki potensi lokal yang telah diakui keasliannya yaitu anjing Kintamani , namun sayang sekali orang Bali menganggap anjing Kintamani ini hanya sebagai angin lalu saja atau hanya sekedar anjing.

Rasanya sudah hilang kebanggaan untuk memeihara anjing kintamani ( anjing kacang) saat ini , banyak orang Bali lebih suka memelihara anjing ras yang berharga jutaaan namun menimbulkan permasalahan seperti sekarang ini sebagai hewan kesanyangannya.


"Putraku Khrisna dan anjing ( kacang ) peliharaan kami di rumah"
Hai... Bron we are on the web now , let's smile... :-)


Kalau tidak salah di Belanda telah ada orang Belanda yang menangkarkan anjing Kintamani dan di jaga sekali kemurnian keturunannya. Anjing Kintamani disana dilengkapi dengan sertifikat kemurnian keturunannya dan diperlakukan sangat baik di Belanda sana.

Jika suatu saat di Bali sendiri anjing Kintamani punah dan diklaim oleh orang lain baru kita kebakaran jenggot , seperti kasus yang udah - udah seperti batik maupun reog kita yang diklaim Malaysia. Termasuk juga sapi Bali sudah diternakkan dengan baik di Malaysia dan Australia karena keunggulan - keunggulan yang dimilikinya. Sedangkan kita disini tidak menghargai kekayaan alam kita sendiri. Begitu orang lain memiliki apa yang dulu kita punya kita cuma bisa ribut kebakaran jenggot , sungguh bodohnya bangsa ini ??

Jadi jika lebih senang memiliki rabies ( anjing ras ) daripada anjing Kintamani silahkan saja nikmati sendiri akibatnya ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, mungkin bisa menjadi bahan diskusi yang bermanfaat. Terima Kasih :-)

Yang Anda Cari ADA DI SINI ?

TAHUKAH ANDA ?!

This Day in History

Quote of the Day